Ad Code

Ticker

6/recent/ticker-posts

Berpikir Kritis Menjadi Tantangan Pendidikan Abad 21


Hadirnya Globalisasi di abad 21 ini telah mengharuskan kita untuk mampu mengerahkan seluruh pikiran serta sumber daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat di seluruh bangsa agar mampu tetap bertahan. Maka dengan ini berpikir kritis menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, hal ini sesuai dengan salah satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di abad 21 atau yang bisa disebut juga dengan 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama). Dengan ini, bisa dikatakan bahwa berpikir kritis menjadi salah satu tantangan pendidikan di abad 21.

Baja Juga : Peran Pendidikan Sejarah dalam Membangun Jiwa Bangsa

Jika melihat hasil survey TIMSS (The Trends in International Mathematic and Science Study) yang dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik di Indonesia hanya mampu menjawab pertanyaan pada taraf menengah saja, sedangkan di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu menjawab pertanyaan dengan taraf tingkat yang tinggi. Hasil survey tersebut bida menjadi indikator rendahnya tingkat kemampuan peserta didik Indonesia dalam hal berpikir kritis.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam pendidikan peserta didik Indonesia bisa saja disebabkan oleh berbagai macam faktor sperti model pembelajaran yang monoton atau itu-itu saja, kurangnya motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaraan, dan rendahnya tingkat literasi dari peserta didik. Tingkat literasi atau minat baca Indonesia dapat dilihat dari berbagai survei yang dilakukan oleh luar negeri maupun dalam negeri sendiri. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dengan minat baca terendah. Pada tahun 2020 Perpustakaan Nasional mencatat kegemaran membaca Indonesia berada di skor 55,74 meningkat 1,9 poin dari satu tahun sebelumnya.

Baca Juga : Kondisi Tingkat Minat Baca Masyarakat Indonesia

Kurangnya kemampuan berpikir kritis jika dilihat dari penyebab diatas dapat diatasu dengan menjawab setiap permasalahan yang ada dengan tepat. Misalya para pendidik bisa merumuskan metode pembelajaran yang bervariasi, dengan ini diharapkan peserta didik tidak bosan dengan pembelajaran yang monoton. Tentunya motivasi peserta didik juga perlu ditingkatkan karena ini juga mempengaruhi tingkat semangatnya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan tingkat literasi peserta didik ini perlu diupayakan oleh semua pihak baik pemerintah, tenaga pendidikan, masyarakat, maupun keluarga. Hal tersebut perlu dilakukan karena dengan memperbanyak membaca tentunya secara tidak langsung akan meingkatkan wawasan para peserta didik sehingga juga turut meningkatkan kemampuannya untuk berpikir kritis.