Ad Code

Ticker

6/recent/ticker-posts

Perlawanan Sultan Agung terhadap keberadaan VOC


Kerajaan Mataram Islam mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo atau juga dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang yang merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Sultan Agung naik tahta pada tahun 1613 ketika berusia 20 Tahun dan memerintah Mataram hingga tahun 1645. Walaupun terbilang sebagai raja yang masih muda, Sultan Agung memiliki berbagai ilmu atau kemampuan yang cukup matang dalam berbagai bidang yakni ilmu dalam bidang politik, ekonomi, militer, sosial dan budaya.

Kemampuan yang dimiliki Sultan Agung tentunya berhasil membawa Mataram kepada tingkat peradaban kebudayaan yang lebih tinggi. Wilayah kekuasaan Mataram pada kepemimpinan Sultan Agung meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian wilayah Jawa Barat. Sultan Agung juga menjadi penguasa lokal pertama yang melakukan perlawanan terhadap kongsi dagang Belanda yakni VOC secara besar-besaran.

Baca juga : Campur Tangan VOC dalam Kerajaan Mataram

Perlawanan Mataram terhadap VOC dilatar belakangi oleh kedatangan VOC di Pulau Jawa yang dapat mengancam wilayah kekuasaan Mataram. Selain itu, VOC menghalangi kapal-kapal dagang Mataram yang hendak menuju Malaka dan juga sering memaksakan keinginannya sendiri ketika melakukan perdagangan dengan melakukan monopoli dagang. Tentu saja monopoli yang dilakukan VOC akan merugikan pedagang lokal khususnya kerugian yang menimpa perekonomian dari perdagangan Mataram.

Serangan pertama dipimpin oleh Tumenggung Baureksa serta mendapatkan pasukan bantuan yang juga ikut melakuan serangan terhadap Batavia dengan pimpinan Dipati Mandurarejo dan Upa Santa. Selain itu, dalam penyerangan pertama juga mendapatkan tambahan bantuan pasukan dari Sunda yang dipimpin Dipati Ukur. Strategi perang yang digunakan pasukan Mataram yakni melakukan upaya untuk mengepung keberadaan VOC sehingga memudahkan pasukan Mataram untuk melakukan penyerangan serta penyergapan dari para pasukan VOC, namun karena adanya perbedaan kekuatan senjata yang cukup besar antara Mataram dan VOC membuat para pasukan Mataram terpaksa untuk mundur. Serangan pertama dengan strategi mengepung Batavia mengalami kegagalan, dan pasukan Mataram kehilangan pemimpin perangnya yakni Tumenggung Baureksa.

Kekalahan pada tahun 1628 tersebut tidak memadamkan semangat perlawanan Mataram terhadap VOC, serta mengevaluasi persiapan perang pertama yang memiliki gangguan terutama dalam hal pasokan logistik untuk pasukan. Belajar dari kesalahan ini, Sultan Agung membuat siasat baru yaitu memerintahkan pembuatan lumbung-lumbung beras di Tegal dan Cirebon sebagai sumber pasokan pangan serangan selanjutnya.

Baca juga : Siasat Adu Domba VOC terhadap Kesultanan Banten

Persiapan tersebut ternyata diketahui oleh VOC sehingga beberapa rumah, kapal, dan lumbung diserang oleh tentara VOC. Namun pada tahun 1629, Mataram telah siap untuk melakukan serangan kedua terhadap Batavia. Pasukan Mataram mencoba mengepung Batavia dengan mendirikan perkemahan di wilayah selatan Batavia. Mataram kembali menggunakan strategi yang sama ketika melakukan pengepungan Surabaya yaitu menjadikan sungai sebagai senjatanya. Sungai Ciliwung dibendung dan diberikan bangkai-bangkai atau dicemari sehingga strategi ini bisa menyebabkan wabah kolera di Batavia. Pasukan Mataram mendapakan tambahan moral bertempur ketika mendengar kematian Gubernur Batavia sekaligus pemipin VOC yakni J.P.Coen pada 21 September 1629. Kematian pemimpin VOC juga berdampak dengan ditingkatkannya kekuatan VOC, dengan kekuatan yang lebih besar inilah VOC mampu memutarbalikkan keadaan serta membuat serangan kedua mataram dapat dikatakan mengalami kegagalan.

Perlawanan terhadap dominasi asing oleh Sultan Agung begitu besar, namun pewaris raja-raja Mataram selanjutnya tidak menerusktan semangat Sultan Agung. Bahkan Sultan Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC. Pada akhirnya Mataram akan berhasil dilemahkan oleh VOC dengan siasat andalannya yakni siasat Devide et Impera atau yang dikenal dengan siasat adu domba.