Ad Code

Ticker

6/recent/ticker-posts

Gerakan Samin dan Perlawanan Tanpa Kekerasan

Gerakan Samin adalah sebuah gerakan protes petani yang beranggotakan petani miskin dan kaya serta muncul untuk melakukan protes terhadap kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Randublatung, Kabupaten Blora. 

Gerakan ini dilatarbelakangi oleh aktivitas pihak kolonial yang terus berupaya untuk menggali kekayaan sebesar-besarnya yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan serta penderitaan bagi rakyat. Gerakan protes juga dilakukan oleh masyarakat yang ingin mempertahankan kawasan hutan jati, karena pemerintah kolonial berupaya melakukan alih fungsi dari hutan rakyat menjadi hutan negara.

Dahulu kayu jati dimanfaatkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai bahan baku pembuatan kapal dan berbagai arsitektur, maka mereka melakukan segala cara agar dapat memiliki komoditas kayu jati yang melimpah termasuk melakukan penebangan paksa hutan rakyat hingga melakukan perampasan secara paksa. 

Sebelumnya hutan masih berada di bawah kepemilikan raja-raja Jawa dan penebangan kayu jati sebatas untuk memenuhi kebutuhan keraton,karena pada masa itu kayu jati belum menjadi komoditas yang diperdagangkan. 

Samin merupakan tokoh penting dalam gerakan perlawanan petani Blora, ia dilahirkan pada tahun 1859 dengan nama Raden Kohar yang kemudian namanya diubah menjadi Samin Surosentiko. Gerakan Samin muncul pada tahun 1889, ketika Samin mulai mengumpulkan masa untuk sama-sama melakukan perlawanan untuk menentang kolonialisme Belanda di Blora.

Gerakan ini berkembang menjadi perjuangan dalam melawan kekejaman kolonial Belanda yang merampas tanah-tanah rakyat untuk kepentingan perluasan hutan jati. Memasuki tahun 1903-1905 pengikut Samin telah mencapai 772 orang yang tersebar di berbagai desa. 

Perlawanan yang dilakukan Samin terhadap pemerintah kolonial atau pengawas desa dengan cara mengasingkan diri serta tidak tunduk atas peraturan desa yang berlaku terutama dalam hal membayar pajak, gerakan ini terus semakin menjadi besar hingga keanggotaannya mencapai 5000 orang pada tahun 1907. Samin tertangkap karena dituduh akan mengadakan sebuah perlawanan dan diasingkan ke pulau Sumatera, ia ditangkap ketika melakukan selamatan bersama kerabatnya.

Memasuki tahun 1911-1914, gerakan Samin dianggap sedang berada dalam periode puncak. Hal ini dikarenakan meluasnya ajaran Samin hingga ke daerah Grobogan dan Pati, yang menyosialisasikan gerakan melawan pajak dan bahkan aksi kekerasan terhadap aparat kolonial Belanda bahkan lurah sekalipun. 

Perlawanan yang dilakukan oleh Samin beserta berikutnya berbeda dengan perlawanan lain yang terjadi di Indonesia, karena perlawanan ini dapat dikatakan perlawanan yang dilakukan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan. Gerakan yang dilakukan kelompok Samin diantaranya tidak taat pajak, menolak mengandangkan sapi, dan Samin juga pernah melakukan protes dengan mempertanyakan urgensi mereka diharuskan membuat jalan yang nantinya tidak mereka lalui.